Hadiah terbesar dariNya part1

Aku menyadarinya saat aku masih bekerja di tahun 2018, tapi aku tidak ingat di bulan apa. Sebuah benjolan kecil yang ada di sebelah ketiak. Seketika aku panik dan khawatir. Tapi aku tidak langsung memeriksakan diri ke dokter karena rasa takut yang ada dalam benakku. Di akhir tahun 2018, aku menyadari ukurannya mulai berubah. Saat itu aku sudah berhenti bekerja. Kuberanikan untuk memeriksakan diri ke dokter. Aku berobat dengan BPJS, di faskes 1, sebuah klinik umum. Dokter tidak bisa memberikan jawaban yang pasti, sehingga akhirnya aku di rujuk ke dokter spesialis bedah umum. 
Rumah sakit yang ku pilih cukup jauh dari rumah. Awalnya aku berharap banyak pada dokter rumah sakit itu, karena aku pernah berobat di sana untuk keluhan yang lain, dan aku merasa cocok dengan dokternya. Tapi sayangnya, tidak semua dokter sama. Aku mendapatkan dokter yang kurang komunikatif, segala pertanyaanku di jawabnya dengan tidak jelas. Bagaimana bisa aku bertanya tentang hal lainnya, jika jawabannya bukanlah sebuah jawaban. Awalnya dokter tersebut memvonisku dengan tumor jinak, bahkan diagnosanya tidak berubah setelah melihat hasil USG. Akhirnya, aku harus melakukan bedah tumor. Karena aku menggunakan BPJS, maka aku harus mengantri dengan pasien lainnya untuk mendapatkan jadwal operasi. Aku harus menunggu selama satu bulan lamanya. 
Hari operasi tiba, aku sudah menstabilkan emosiku jauh-jauh hari. Mencoba untuk menerima semuanya dengan lapang dada, toh ini hanya tumor jinak, pikirku. Setelah operasi selesai, aku di rawat inap dan boleh pulang ketika dokter sudah mengizinkannya. Hanya semalam saja aku berada di rumah sakit. Selanjutnya aku melakukan rawat jalan untuk melihat hasil operasiku. Alhamdulillah, tidak ada masalah, hasil operasi nya mengering dengan cepat. Jaringan tumor yang sudah di ambil dari tubuhku di berikan ke lab untuk di periksa, tepat setelah selesai operasi.  Aku harus menunggu sekitar 10 hari untuk melihat hasilnya.
Tiba saat untuk melihat hasil lab, saat itu bersamaan dengan di lepaskannya benang operasi. Saat aku sedang berbaring di periksa oleh perawatnya, tiba-tiba dokter memberikan informasi mengenai hasil lab. GANAS. Ini di luar dugaan. Begitu kata dokternya. Aku tidak benar-benar kaget saat itu. Aku bersikap biasa saja. Lalu dokter memberikan rujukan ke dokter spesialis bedah onkologi. Setelah keluar ruangan baru lah aku mengeluarkan seluruh emosiku. Aku menangis di salah satu bangku pengunjung, di sebuah lorong yang sepi. Entah berapa lama aku di sana. Tiba-tiba aku teringat kejadian tadi pagi, tidak biasanya aku ingin membawa tisu ke rumah sakit. Entahlah, mungkin ini feeling??? Apa jadi nya jika aku tidak membawa tissu di tas ku sedangkan aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan air mata sebanyak-banyaknya.
Sebenarnya aku sudah menduga hal ini, tapi karena aku terlalu takut, aku tidak berani membayangkannya. Dari salah satu artikel yang ku baca, salah satu ciri kanker adalah berkeringat lebih banyak di saat malam hari. Memang tidak semua kanker seperti ini, dan mugkin gejalanya pada tiap orang berbeda-beda, bahkan bisa jadi tidak ada gejala sama sekali. Tapi sejak aku merasakan adanya benjolan itu, aku selalu bermandikan keringat di malam hari namun hanya di bagian sekitar leher saja. Saat aku bangun pagi, bagian leher kaosku sudah basah oleh keringat. Awalnya aku heran, apakah ada yang menyiramku saat aku sedang terlelap, karena kaos yang ku pakai benar-benar sangat basah. Hal itu terjadi tidak setiap malam, tapi cukup sering. 
Saat ini aku hanya berpikir. Mungkin ini adalah hadiah dariNya karena kasih sayangNya padaku. Ia ingin aku lebih mendekat lagi padaNYa. Ingin agar aku kembali padaNya. Ingin agar aku meninggalkan semua keburukan-keburukan itu. Manusia tidak pernah terlepas dari dosa. Aku hanya berharap agar aku bisa menjalaninya dengan sabar dan ikhlas, agar hadiah ini bisa menjadi sebuah pengampunan dosa untuk semua kesalahan-kesalahanku. Agar aku bisa menghadapNya dengan husnul khotimah, kelak. Aamiin. 






         

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Tangerang menuju Karawang: perjalanan kereta yang tak sampai

The Man From Nowhere

Keputusanku ke Pare